Agama Konghucu berasal dari Cina
daratan dan yang dibawa oleh para pedagang Tionghoa dan imigran.
Diperkirakan pada abad ketiga Masehi, orang Tionghoa tiba di kepulauan Nusantara.
Berbeda dengan agama yang lain, Konghucu lebih menitikberatkan pada
kepercayaan dan praktik yang individual, lepas daripada kode etik
melakukannya, bukannya suatu agama masyarakat yang terorganisir dengan
baik, atau jalan hidup atau pergerakan sosial. Di era 1900-an, pemeluk
Konghucu membentuk suatu organisasi, disebut Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) di Batavia (sekarang Jakarta).
Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, umat Konghucu di
Indonesia terikut oleh beberapa huru-hara politis dan telah digunakan
untuk beberapa kepentingan politis. Pada 1965, Soekarno
mengeluarkan sebuah keputusan presiden No. 1/Pn.Ps/1965 1/Pn.Ps/1965,
di mana agama resmi di Indonesia menjadi enam, termasuklah Konghucu.
Pada awal tahun 1961, Asosiasi Khung Chiao Hui Indonesia (PKCHI), suatu
organisasi Konghucu, mengumumkan bahwa aliran Konghucu merupakan suatu
agama dan Confucius adalah nabi mereka.
Tahun 1967, Soekarno digantikan oleh Soeharto, menandai era Orde Baru.
Di bawah pemerintahan Soeharto, perundang-undangan anti Tiongkok telah
diberlakukan demi keuntungan dukungan politik dari orang-orang, terutama
setelah kejatuhan PKI, yang diklaim telah didukung oleh Tiongkok.
Soeharto mengeluarkan instruksi presiden No. 14/1967, mengenai kultur
Tionghoa, peribadatan, perayaan Tionghoa, serta menghimbau orang
Tionghoa untuk mengubah nama asli mereka. Bagaimanapun, Soeharto
mengetahui bagaimana cara mengendalikan Tionghoa Indonesia, masyarakat yang hanya 3% dari populasi penduduk Indonesia, tetapi memiliki pengaruh dominan di sektor perekonomian Indonesia.
Pada tahun yang sama, Soeharto menyatakan bahwa “Konghucu berhak
mendapatkan suatu tempat pantas di dalam negeri” di depan konferensi
PKCHI.
Pada tahun 1969, UU No. 5/1969 dikeluarkan, menggantikan keputusan
presiden tahun 1967 mengenai enam agama resmi. Namun, hal ini berbeda
dalam praktiknya. Pada 1978, Menteri Dalam Negeri mengeluarkan keputusan
bahwa hanya ada lima agama resmi, tidak termasuk Konghucu.
Pada tanggal 27 Januari 1979, dalam suatu pertemuan kabinet, dengan
kuat memutuskan bahwa Konghucu bukanlah suatu agama. Keputusan Menteri
Dalam Negeri telah dikeluarkan pada tahun 1990 yang menegaskan bahwa
hanya ada lima agama resmi di Indonesia.
Karenanya, status Konghucu di Indonesia pada era Orde Baru tidak pernah jelas. De jure,
berlawanan hukum, di lain pihak hukum yang lebih tinggi mengizinkan
Konghucu, tetapi hukum yang lebih rendah tidak mengakuinya. De facto, Konghucu tidak diakui oleh pemerintah dan pengikutnya wajib menjadi agama lain (biasanya Kristen atau Buddha)
untuk menjaga kewarganegaraan mereka. Praktik ini telah diterapkan di
banyak sektor, termasuk dalam kartu tanda penduduk, pendaftaran
perkawinan, dan bahkan dalam pendidikan kewarga negaraan di Indonesia
yang hanya mengenalkan lima agama resmi.
Setelah reformasi Indonesia tahun 1998, ketika kejatuhan Soeharto, Abdurrahman Wahid
dipilih menjadi presiden yang keempat. Wahid mencabut instruksi
presiden No. 14/1967 dan keputusan Menteri Dalam Negeri tahun 1978.
Agama Konghucu kini secara resmi dianggap sebagai agama di Indonesia.
Kultur Tionghoa dan semua yang terkait dengan aktivitas Tionghoa kini
diizinkan untuk dipraktekkan. Warga Tionghoa Indonesia dan pemeluk
Konghucu kini dibebaskan untuk melaksanakan ajaran dan tradisi mereka.
Senin, 28 Januari 2013
Ibadah Dalam Agama Konghucu
Agama konghucu di Indonesia tidak hanya mengajarkan kepada
penganutnya bagaiman seseorng berbakti kepada Tian (Tuhan yang maha
esa) orang tua, orng yang lebih tua, para pemimpin, tapi juga
mengajarkan tata cara melakukan ibadah kepada Tian, Nabi, orang-orang
suci, leluhur dan lain-lain.
Dalam ritual peribadatan agama konghucu ini penulis akan mengawali
dari arti dan tujuan melaksanakan ritual menurut umat konghucu di
klenteng boen bio, kemudian gerakan yang dilakukan dalam prosesi
pelaksanaan peribadatan, dan perangkat yang dipergunakan dalam ritual
tersebut.
Jenis-jenis kebaktian
A. Melakukan Ibadah Kepada Thian
1). Sembahyang mengucapkan syukur tiap pagi, sore, saat menerima
rezeki (makanan). Umat Khonghucu pada pagi hari, sore, dan saat menerima
rezeki (makan) melakukan sembahyang kepada Thian. Sembahyang ini mereka
lakukan di depan meja sembahyang (altar) yang terdapat di rumahnya.
Umumnya meja sembahyang ini di simapan di ruang tamu sehingga bila
berkunjung ke rumah umat Khonghucu, kita akan dapat melihat bentuk meja
sembahyang yang sebenarnya.
2). Sembahyang atau Thian Hio tiap tanggal 1 dan 15 penanggalan
bulan/lunar (Imlek). Pada tanggal-tanggal tersebut setiap bulannya, umat
Khonghucu juga juga melakukan sembahyang di depan altar keluarga di
rumah dan bisa juga dilakukan di tempat ibadah umum (Litang). Orang yang
memelihara abu membakar dupa dihadapan abu atau papan arwah leluhurnya,
dan juga di hadapan patung dewa yang dipuja dalam rumahnya. Upacara ini
mereka lakukan pada pagi hari dan petang.
3). Sembahyang besar pada hari-hari kemuliaan Thian, yaitu:
a. Sembahyang malam penutupan tahun/malam menjelang Gwan Tan.
b. Sembahyang King Thi Kong, tanggal 8 menjelang tanggal 9 Cia Gwee (bulan pertama).
c. Sembahyang saat Siang Gwan atau Cap Go Meh, 15 Cia Gwee (bulan pertama).
d. Sembahyang hari Tangcik (hari di mana letak matahari
tepat di atas garis balik 23,5 Lintang Selatan, yakni tepat tanggal 22
Desember), yang dilakukan pada tanggal 22 Desember.
B. Kebaktian pada Nabi
1). Peringatan hari lahir nabi (Khonghucu), tanggal 27-8 Imlek/Ci Sing Tan.
2). Peringatan hari wafat nabi, tanggal 18-2/Ci Sing Ki Sien.
3). Peringatan hari genta rohani/Bok Tok (genta yang dibuat dari logam dan dipukul dengan pemukul yang terbuat dari kayu), setiap tanggal 22 Desember.
C. Kebaktian untuk Para Suci
1). Hari Twan Yang, tanggal 5-5 Imlek. Twan artinya lurus, terkemuka, terang, dan Yang artinya sifat positif atau matahari. Twan Yang artinya pada saat matahari memancarkan cahaya paling keras.
2). Sembahyang Tiong Chiu, tanggal 15-8 Imlek. Tanggal 15
bulan 8 Imlek adalah saat bulan purnama dipertengahan musim rntok (musim
gugur/autumn) di belahan bumi utara. Pada saat itu cuaca baik dan bulan
nampak sangat cemerlang. Pada saat itu juga para petani sibuk dan
gembira karena berada di tengah musim panen. Pada saat bulan purnama itu
dilakukan sembahyang Hok Tik Cing Sien (malaikat bumi) untuk
mengungkapkan pernyataan syukur.
3). Hari He Gwan, tanggal 15-10 Imlek. He Gwan diartikan sebagai pernyataan terakhir dalam satu tahun akan maha kasih Tuhan. Pada saat He Gwan ini dilakukan sembahyang besar bagi malaikat Bumi (ok Tik Cing Sien) yang merupakan lambing semesta alam ciptaan Tuhan.
D. Sembahyang Bagi Leluhur
1). Sembayang tiap tanggal 1 dan 15 penaggalan bulan.
2). Hari wafat leluhur atau orangtua (Co Ki).
3). Sembahyang tutup tahun (Tik Sik) tanggal 29-12 Imlek.
4). Sembahyang Sadranan/Ziarah/Ching Bing, tanggal 5 April. Sembahyang ini juga sering disebut sembahyang kubur.
5). Sembahyang pada arwah leluhur, tanggal 15-7 Imlek.
E. Kebaktian Masyarakat
1). King Ho Ping atau sembahyang arwah umum, tanggal 29-7 Imlek.
2). Hari persaudaraan atau hari kenaikan malaikat dapur tanggal
24-12 Imlek pada hari-hari tersebut umat Khonghucu diwajibkan berdana
(membantu fakir miskin). Menjelang tahun baru Imlek, bantuan-bantuan
yang berasal dari umat Khonghucu dibagikan pada fakir miskin tanpa
membedakan golongan.
3). Seluruh perbuatan lahir batin manusia sepanjang hidup
hendaknya disadari sebagai perbuatan kebaktian atau ibadah. Hal ini
disebut “hidup sepenuh hidup”.
1. Arti dan Tujuan umat konghucu melaksanakan Ritual peribadatan
Hampir sama dengan agama pada umumnya arti dalam ibadah itu sendiri
yakni menyembah kepada tuhan yang maha esa, bias juga diartikan sebagai
pola komunikasi antara mahluq dengan tuhannya, oleh karena ibadah atau
sembahyang merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan umat
beragama, begitu pula dengan kondisi umat konghucu yang mempunyai ritual
tersendiri dan mempunyai tujuan dalam pelaksanaan ritual tersebut,
secara garis besar tujuan dari pada melaksanakan ritual peribadatan bagi
umat konghucu adalah:
a. Mendekatkan diri pada Tuhan yang maha esa, tidak bisa
dipungkiri bahwa pola komunikasi vertical antara mahluq hidup dengan
tuhannya harus dilakukan oleh umat beragama setiap harinya, baik
pelaksanaannya dirumah maupun di tempat tempat ibadah sesuai dengan
agamanya masing masing, dengan tujuan untuk lebih dekat dengan Tuhan-
Tian- yang menguasai seluruh alam.
b. Memohon pertolongan dan perlindungan, ketika manusia merasa
bahwa dirinya terancam dan tidak ada lagi yang bias menolongnya maka dia
akan berdo’a pada tuhannya dan memint pertolongan pada-Nya, oleh karena
itu ketika melakukan peribadatan maka umat konghucu meminta kepada Tian
agar selalu dilindungi dan diberi pertolongan ketika dalam kesusahan,
“Perlu diketahui bahwa memohon berbeda dengan meminta, ketika kita
meminta sedangkan tidak diberi maka yang salah adalah yang tidak
memberi, akan tetapi ketika kita memohon maka sepenuhnya hak berada pada
yang dimohon, apa mau dikasih atau tidak terserah pada yang punya
wewenang dalam hal ini Tuhan”.demikian tambah Liem Tiong Yang.
c. Bersyukur atas nikmat Tuhan, manusia tidak akan pernah bias
menghitung berapa banyak nikmat yang telah tuhan anugrahkan buat kita
semua, sejak kita didalam kandungan sampai kita lahir manusia tidak bias
menghitungnya, oleh karena itu manusia hanya bisa mensyukuri nikmat
yang telah Tuhan anugrahkan buat kita, dalam melakukan peribadatan umat
konghucu mengucapkan syukur kepada Tian yang telah member nikmat dan
anugrah kepada hambanya.
Disebutkan dalam salahsatu bab kitab suci agama konghucu bahwa
“Kepada orang yang bertaqwa pada Tuhan yang maha esa maka Tuhan akan
memberikan bantuan”.
2. Prosesi Peribadatan Umat Konghucu
Ada dua tempat peribadatan yang biasnya digunakan oleh umat konghucu yang pertama adalah dirumah, sedangkan yang kedua
adalah diklenteng, tidak ada perbedaan yang mendasar antara proses
pelaksanaan peribadatan dirumah dan diklenteng, keduanya sama yakni
beribadah pada arwah leluhur yang suci, beribadah pada Tuhan dan
beribadah pada Nabi konghucu.
Secara umum tempat ibadah Konghucu adalah Litang, Miao (Bio),
Kongzi Miao, Khongcu Bio dan Kelenteng. Litang, selain merupakan tempat
sembahyang, juga merupakan tempat kebaktian berkala (biasanya setiap
hari Minggu atau tanggal 1 dan 15 penanggalan Imlek). Di sini umat
mendapat siraman rohani (khotbah) dari para rohaniwan. Miao dan
Kelenteng biasanya hanya merupakan tempat sembahyang. Kalau pun ada
kebaktian, biasanya ditempatkan di ruangan yang terpisah agar tak
terganggu aktivitas sembahyang. Di samping menjadi tempat ibadah agama
Konghucu, Kelenteng biasanya juga menjadi tempat ibadah agama Tao dan
agama Buddha Mahayana.
Rohaniwan agama Konghucu terdiri atas : Xueshi, Wenshi, Jiaosheng,
Zhanglao dan Ketua-Ketua / Pimpinan-Pimpinan Majelis dan atau Tempat
Ibadah. Sebelum menjadi Xueshi (biasa disingkat Xs), harus melalui
jenjang Wenshi (Ws). Sebelum menjadi Wenshi, harus melalui jenjang
Jiaosheng (Js). Tokoh yang sudah mencapai tingkatan sesepuh atau sangat
senior di sebut Zhanglao (Zl).
Setiap rohaniwan, sesepuh dan para pimpinan tempat ibadah yang
memegang mandat dan Surat Pengangkatan dari Dewan Pengurus Majelis
Tinggi Agama Konghucu Indonesia (MATAKIN) dan atau menerima Surat Liyuan
Rohaniwan (persidian, peneguhan iman) dari Dewan Rohaniwan MATAKIN,
memiliki kewenangan :
a. Menyelenggarakan kebaktian bagi umat Konghucu di daerahnya.
b. Melakukan Liyuan umat.
c. Memimpin berbagai upacara suci bagi umat Konghucu, sesuai
Hukum Agama Konghucu, termasuk Hukum Perkawinan Agama Konghucu, yang
diatur dalam Tata Agama Konghucu.
Perlu diketahui juga ada perbedaan antara prosesi peribadatan di
klenteng Boen Bio dengan klenteng lain, kalau di klenteng lain ketika
kita akan masuk klenteng maka terlebih dahulu kita sembahyang untuk
Tuhan di altar luar baru kemudian kita masuk dan beribadah untuk para
nabi dan arwah leluhur yang suci di altar dalam, sedangkan di kelnteng
Boen Bio, kita langsung melaksanakan prosesi peribadatan di altar dalam
tanpa ada altar luar, adapun prosesi peribadatan umat konghucu adalah
sebagai berikut:
a. Terlebih dahulu menyalakan lilin di tempat berdo’a atau altar,
b. Membakar Hio atau Dupa sebanyak 3 atau 9 batang yang
melambangkan Tuhan, Manusia dan Bumi, kemudian dinaikkan dahi sebanyak 3
kali, dengan berkata sebagai berikut, pada angkatan Hio yang pertama maka yang diuacapkan adalah kehadiran Thian Tuhan yang maha besar ditempat yang maha tinggi,dipermuliakanlah. Pada angkata Hio yang kedua
yang harus diucapkan adalah kehadapan nabi Agung Konghucu, sebagai pembimbing dan
penyadar dalam kehidupan kami, dipermuliakanlah. Sedanngkan pada angkata ketiga yang diucapkan adalah kehadapan arwah para leluhur yang kami hormati dan kami cintai, terimalah sembah dan sujud kami, shanzai.
c. Setelah pengangkatan Hio maka langkah selanjutnya adalah meletakkan Hio di Youlu
atau tempat peletakan Hio yang terbuat dari besi kuningan dan berbentuk
hati, Hio pertama diletakkan di tengah, yang kedua diletakkan di
sebelah kanan, dan yang terakhir diletakkan disebelah kiri.
d. Berdo’a dengan sikap Pat Tik, ada dua sikap pat tik, Pertama
sikap pat tik delapan kebajikan mendekap Thai Kik yaitu dengan cara
tangan kanan dikepalkan lalu ditutup dengan tangan kiri, sikap tangan
ini gunakan juga pada waktu bersembahyang, kedua sikap delapan
kebajikan mendekap hati dengan cara tangan kanan tetap membuka, tangan
kiri merangkap punggung tangan kanan dan kedua ibu jari dipertemukan
kemudian didekappan di dada, sikap ini hanya digunakan pada waktu
berdo’a.
Tangan bersikap pat tik dan didekappan di dada mempunyai makna “Aku
selalu ingat bahwa dengan perantara ayah bunda Tian telah berkenan
menjadikan daku manusia, maka manusia wajib melakukan delapan
kebajikan”.
Delapan jalan kebajikan tersebut adalah:
- Berbakti atau Hau, berbakti disini mempunyai makna
yang sangat universal, mulai dari berbakti kepada tuhan yang maha esa,
berbakti kepada oran tua dan sampai berbakti pada Negara nusa dan
Bangsa, pada asal artinya berbakti di khususkan pada orangtua saja, di
contohkan oleh Liem ketika kami melaksanakan wawancara “ketika seorang
melaksanakan proses pembelajaran (Kuliyah-semisal-) dan sampai di Drop
Out oleh akademik maka dia telah tidak berbakti pada orang tua karena
sesungguhnya orang tua selalu menginginkan anaknya untuk lulus kuliyah”
- Rendah Hati atau Tee, yakni tidak sombong dan tidak Gumede roso, selalu berbuat rendah hati dengan sesame mahluq.
- Setia atau Tiong .
- Dapat dipercaya atau Sien yakni dengan selalu menepati janji dan melaksanakan apa yang telah dikatakan.
- Susila atau Lee yaitu berisi tentang aturan yang ada di masyarakat umum.
- Kebenaran atau Gi.
- Suci hati atau Liam, dengan selalu positive thingking dan bersih hati.
- Tahu malu atau Thi, menjadi manusia harus punya
rasa tahu malu, karena dengan rasa inilah kita secara tidak langsung
juga akan dihormati oleh orang lain, salah satu hal yang membedakan
antara manusia dengan Hewan adalah hewan tidak pernah punya rasa malu
sedangkan manusia mempunyai rasa malu, ketika manusia tidak punya rasa
malu berarti dia tidak ada bedanya dengan hewan.
Selain delapan jalan kebajikan dalam pat tik diatas, ada beberapa makna yang terkandung dalam pat tik,
- Ibu jari kiri yang melambangkan ayah
- Ibu jari kanan yang melambangkan ibu
- Kedua ibu jari jika dipertemukan dalam posisi pat tik maka akan membentuk huruf jien yang artinya manusia.
- Delapan jari yang lain melambangkan delapan kebajikan seperti yang telah dipaparkan diatas,
- Kesatuan genggaman melambangkan Tian, Tuhan yang maha esa.
- Dekapan dalam dada melambangkan bahwa kita selalu ingat pada-Nya.
Lain dari pada itu ada juga aturan yang harus dilaksanakan dalam penggunaan Pat Tik dalam hal jumlah:
- Kepada sesama orang hidup maka hanya satu kali angkatan saja atau pai
- Kepada jenazah atau orang meninggal dengan dua kali angkatan atau Tinglee.
- Kepada Altar Tuhan, Nabi atau para arwah Suci sebanyak tiga kali angkatan atau Tinglee.
3. Makna dari symbol dan Benda yang digunakan dalam prosesi peribadatan.
Setiap pelaksanaan peribadatan diperlukan symbol symbol sebagai
kelengkapan peribadatan, tidak hanya sekedar symbol saja akan tetapi
dibalik symbol tersebut juga mempunyai makna dan arti tertentu sehingga
menimbulkan kesakralan tersendiri bagi umat beragama, dalam prosesi
peribadatan agama konghucu juga menggunaka beberapa benda dan symbol
yang didalamnya mengandung makna dan arti.
a. Hio atau Dupa, Hio artinya harum, yaitu bahan pembakar
yang dapat mengeluarkan asap yang berbau sedap atau harum, dupa yang
dikenal pada zaman nabi Kongzu berwujud bubuk atau belahan kayu,
membakar dupa dalam peribadatan umat konghucu mengandung makna “jalam
suci itu berasal dari kesatuan hatiku dan hatiku dibawa melalui
keharuman dupa”, selain itu juga beguna untuk:
- Menenangkan pikiran, memudahkan konsentrasi dan meditasi
- Mengusir hawa atau hal hal yang bersifat jahat
- Mengukur waktu, terlebih pada zaman dahulu sebelum ada jam atau lonceng.
Selain itu ada juga beberapa macam dupa sesuai dengan warna atau bentuk serta penggunannya dupa itu sendiri:
- Dupa yang bergagang Hijau, berguna ketika bersembahyang didepan jenazah keluarga sendiri.
- Dupa yang bergagang merah, digunakan untuk bersembahyang pada umumnya.
- Dupa yang tidak bergagang, berbentuk piramida atau serbuk,
berguna untuk menentramkan pikiran, mengheningkan cipta dan mengusir
arwah jahat.
- Dupa yang berbentuk spiral seperti obat nyamuk, hanya untuk bau-bauan saja.
- Tiang Siu Hio, dupa tanpa gagang, panjang lurus dibakar
kedua ujungnya, digunakan khusus untuk bersembahyang kepada tuhan.
Ada juga pembagian dupa menurut jumlah penggunaan dupa:
- Dupa warna Hijau, 2 batang digunakan untuk menghormati
jenazah keluarga sendiri atau kehadapan altarnya yang masih belum
melampaui masa berkabung, boleh saja digunakan hanya satu batang.
- Dupa warna merah:
a. 1 batang, dapat digunakan untuk segala macam sembahyang, bermakna memusatkan fikiran untuk sungguh sungguh bersujud.
b. 2 atau 4 batang untuk menghormati kepada arwah orang tua
yang meninggalnya telah melampaui 2 x 360 hari, atau kehadapan altar
jenazah bukan keluarga sendiri dan mengandung makna ada hubungan duniawi
atau urusan keduniaan.
c. 5 batang, untuk menghormati arwah umum, mengandung makna melaksanakan lima kebajikan.
d. 8 batang, mengandung makna delapan kebajikan, dan digunakan sama dengan 2 atau 4 batang.
e. 9 batang, untuk bersembahyang kepada tuhan yang maha esa, para nabi dan para suci.
f. 1 pak, boleh sebagai pengganti 9 atau 1 batang.
b. Lilin atau Lampu, mempunyai makna menerangi dan berdiri
tegak, sedangkan asap dari pada lilin itu sendiri dilambangkan sebagai
bentuk naiknya do’a keperaduan Tuhan yang maha esa,
c. Youlou, tempat untuk meletakkan Hio setelah dibakar yang terbuat dari besi kuningan dan berbentuk seperti hati.
4. Jadwal pelaksanaan peribadatan
Ada beberapa waktu peribadatan yang harus dilaksanakan oleh umat kanghucu selain ibadah setiap hari:
a. Peribadatan setiap hari, pagi dan sore, peribadatan ini
bias dilaksanakan dirumah ataupun ditempat peribadatan agama konghucu
atau klenteng.
b. Peribadatan setiap tanggal 1 imlek dan 15 imlek yang
dilaksanakan di klenteng, peribadatan pada tanggal 1 imlek di pergunakan
untuk intropeksi diri manusia, sedangkan pada tanggal 15 imlek
digunakan untuk memohon permintaan kepada tuhan dan bersyukur atas
nikmat yang telah diberikan selama hidup.
c. Peribadatan setiap minggu atau kebaktian mingguan, yakni
do’a secara berjama’ah dan membaca ayat dari kitab sushi sebagai
renungan dan kemudian di akhiri dengan khotbah keimanan, dilaksanakan
setiap hari minggu jam 09.00- 11.00 wib, di klenteng Boen Bio jl.
Kapasan 131 Surabaya.
Lebih lengkapnya lagi dalam buku tata Agama dan tata laksana upacara agama konghucu disebutkan ada beberapa macam peribadatan:
a. Ibadah kepada Tuhan yang maha esa/ Thian
- Sembahyang pengucapan syukur tiap pagi dan sore, saat menerima rezeki makan.
- Sembahyang tiap tanggal 1 dan 15 imlek
- Sembahyang besar pada hari hari kemuliaan, yakni: malam
penutupan tahun, king thi kong tanggal 8 menjelang 9 cia gwee, saat cap
go meh, tang cik saat tanggal 22 desember.
b. Kebaktian bagi nabi
- Peringatan hari lahir nabi konghucu pada tanggal 27-VIII lemlik
- Peringatan hari wafat nabi konghucu pada tanggal 18-II lemlik
- Peringatan hari genta Rohani pada tanggal 22 desember.
c. Kebaktian bagi para suci
- Hari twan yang jatuh pada tanggal 5-V lemlik
- Sembayang tiong chu pada tanggal 15-VIII lemlik
- Hari he gwan pada tanggal 15-X lemlik.
d. Sembahyang bagi para leluhur
- Sembahyang pada tanggal 1 dan 15 penanggalan bula.
- Hari wafatnya leluhur atau orang tua.
- Sembahyang tutup tahun.
- Sembahyang sadranan/ziarah
- Sembahyang arwah leluhur.
e. Kebaktian masyarakat
- Sembahyang arwah untuk umum, pada tanggal 29-VII lemlik.
- Hari persaudaraan atau hari kenaikan malaikat dapur
tanggal 24- XII lemlik (pada hari hari itu diwajibkan berdana bagi
fakir dan miskin).
- Seluruh perbuatan lahir batin kita sepanjang hidup
hendaknyadisadari sebagai perbuatan kebaktian/ ibadah disebut dengan
isitila hidup sepenuh hidup.
sumber : http://adf.ly/I9d1R
Langganan:
Postingan (Atom)